FOTO AIRLANGGA

Airlangga TV

Jumat, 26 November 2010

Mengapa DPR Tolak Pertamina Beli Medco ?

Komisi VI DPR memiliki beberapa alasan mengapa bersikap menolak rencana aksi tersebut.

Jum'at, 26 November 2010, 10:43 WIB
Antique, Syahid Latif

Ketua Komisi VI DPR, Airlangga Hartanto

BERITA TERKAIT
• Kata Medco Soal Penolakan Akuisisi Pertamina
• Niat Pertamina Akuisisi Medco Terancam Kandas


VIVAnews - Rencana akuisisi tidak langsung saham PT Medco Energi International Tbk oleh PT Pertamina betul-betul menjadi perhatian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hanya dalam satu hari, dua komisi di DPR yaitu Komisi VI dan VII bersuara sama menolak aksi korporasi tersebut.
Padahal, aksi korporasi tersebut masih dalam tahap pengkajian dan belum ada keputusan resmi dari Pertamina. Pertamina saat ini baru sampai pada proses uji tuntas (due diligence) Encore International Ltd dan masih menyisakan lima hari lagi untuk menyelesaikan studi tersebut.
"(Komisi VI meminta menghentikan proses ini) daripada persoalan menjadi lebih berkembang," ujar Ketua Komisi VI Airlangga Hartanto saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Jumat 26 November 2010.
Airlangga memiliki beberapa alasan mengapa Komisi VI DPR bersikap menolak rencana akuisisi Pertamina tersebut. Pertama, akuisisi tidak langsung saham Medco Energi International tidak akan menguntungkan bagi peningkatan produksi minyak nasional. Sebab, perusahaan yang akan diakuisisi Pertamina adalah perusahaan perminyakan nasional yang dianggap sebagai aset nasional.
"Jadinya, lifting tidak bertambah, tapi Pertamina mengeluarkan dana. Kami tidak melihat adanya suatu nilai tambah dari aksi korporasi itu," katanya.
Alasan kedua, informasi yang disampaikan Pertamina kepada Komisi VI banyak yang simpang siur dan tidak transparan. Informasi tersebut terkait persentase kepemilikan Pertamina di Medco serta sumber dana untuk membiayai akuisisi tersebut. "Corsec (sekretaris perusahaan) Medco di media massa bilang yang akan diambil Pertamina sebesar 27-an persen, sedang direksi mengatakan 50 persen," ujar Airlangga.
Komisi VI juga beralasan, Pertamina seharusnya mengutamakan rencana induk dan tugas-tugas yang selama ini dibebankan kepada perusahaan seperti membangun kilang di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Pertamina juga diminta untuk memprioritaskan keamanan domestik dan membangun kemandirian energi, karena perusahaan merupakan satu-satunya pelaksanaan public service obligation (PSO).
Prioritas lain yang harus menjadi perhatian Pertamina adalah penyelesaian ladang minyak Donggi-Senoro, ketersedian gas untuk industri, serta memperbanyak refinary. "Di antara semua tugas ini belum dilaksanakan, kok menggunakan belanja modal (capex) yang sulit ini untuk aksi korporasi," kata dia.
Terakhir, Komisi VI juga melihat kepemilikan Pertamina di Medco nantinya hanya menjadi pemegang saham minoritas. Selain itu, perusahaan harus memperhatikan keuangan perusahaan, terutama sisi liabilitasnya.

Luruskan Prosedur
Sementara itu, terkait keputusan serupa oleh Komisi VII DPR pada hari yang sama, Airlangga mengakui pihaknya sudah mengagendakan pertemuan ini sejak lama. Namun, pihaknya tidak mengetahui jika Komisi VII DPR juga mengagendakan hal yang sama.
Keputusan yang diambil Komisi VI DPR, dia melanjutkan, merupakan upaya untuk meluruskan prosedur yang ada di DPR. Maksudnya, masalah-masalah terkait korporasi Pertamina pada dasarnya menjadi domain dari Komisi VI, bukan Komisi VII.
Untuk diketahui, sebelum Komisi VI mengambil keputusan, Komisi VII DPR telah mengeluarkan catatan rapat yang berisi penolakan terhadap rencana Pertamina mengakuisisi saham Encore International. Dalam pertemuan yang berlangsung kurang dari sejam tersebut, Komisi VII terpaksa menjadwalkan kembali pertemuan karena ketidakhadiran Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan.
Sejumlah anggota fraksi Komisi VII menganggap aksi korporasi Pertamina tersebut tidak akan memberikan manfaat lebih baik kepada perusahaan. DPR justru menilai Pertamina seharusnya menggunakan dana yang dimiliki untuk kegiatan lain yang dianggap lebih bermanfaat.
Seperti diberitakan, Pertamina secara tidak langsung akan segera memiliki 27,9 persen saham Medco Energi Internasional. Potensi penguasaan saham Medco itu seiring telah ditandatanganinya Principles of Agreement antara Pertamina dan Encore International Limited (EIL) untuk membeli sebagian saham Encore Energy Pte Ltd (EEPL).
Encore Energy Pte Ltd adalah pemilik 50,7 persen saham di Medco Energi Internasional. (art)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar