Ketua Komisi VI DPR-RI, Airlangga Hartarto
Kamis, 25 Nopember 2010
JAKARTA (Suara Karya): Langkah PT Pertamina (Persero) mengakuisisi 27,9 persen saham Medco Energy International Tbk melalui Encore International Ltd (EIL) dinilai kurang strategis.
Penilaian ini disampaikan Ketua Komisi VI DPR-RI Airlangga Hartarto dan Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria. Hal tersebut, menurut mereka, didasari kekhawatiran bahwa akuisisi saham Medco bakal membebani keuangan Pertamina. Sebab, penguasaan saham Medco memungkinkan adanya kewajiban korporasi, seperti utang kepada pihak ketiga yang kelak harus ditanggung Pertamina.
Menurut Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria, utang Medco kepada pihak ketiga diperkirakan mencapai sekitar 960 juta dolar AS. Itu masih ditambah lagi dengan beban obligasi global sebesar 300 juta dolar AS yang direncanakan terbit tahun depan.
"Karena itu, layak jika rencana akuisisi saham Medco oleh Pertamina ini dikaji ulang. Apalagi seluruh beban dan kewajiban korporasi mendatang menjadi beban pemegang saham selanjutnya," kata Sofyano di Jakarta, Rabu (24/11).
Menurut dia, perlu pula dikaji secara tepat pertimbangan Medco menjual sahamnya. Jika Medco akan beralih bisnis ke agrobisnis, maka pihak yang ada di belakang Medco akan berfokus ke bidang lain. Itu dia nilai mengancam prospek bisnis yang dijalankan Medco.
Sofyano juga mempertanyakan sikap Medco yang tidak tertarik melakukan buy back saham jika bisnis migas ke depan tetap menguntungkan. "Ini juga menimbulkan pertanyaan besar," ujarnya.
Jika tujuan akuisisi untuk meningkatkan produksi migas Pertamina, kata Sofyano, maka lebih tepat Pertamina membeli ladang minyak (blok) secara langsung dibanding mengakuisisi perusahaan atau korporasi.
Sebenarnya, untuk mengukuhkan kemandiriannya, Pertamina bisa meminta pemerintah memberi lapangan baru migas. Pertamina memang perlu diberi lex specialis untuk mengelola sumber daya migas nasional.
"Sebagai BUMN kebanggaan nasional, Pertamina harus memperoleh dukungan pemerintah lebih maksimal, termasuk perlakuan khusus untuk memperoleh ladang-ladang minyak baru," kata Sofyano.
Dia juga menilai, langkah yang diambil Pertamina dalam meningkatkan pengusahaan di sektor hulu telah berjalan baik, antara lain melalui anak perusahaan Pertamian EP yang memproduksikan kembali 74 sumur tua di Kabupaten Blora, Jateng, sambil terus mengupayakan pencarian ladang baru.
"Kita berharap langkah ini terus dikembangkan, di samping melakukan terobosan bagi pengembangan ladang baru migas di lepas pantai maupun di luar negeri," ucap Sofyano.
Menurut Sofyano, Menteri BUMN Mustafa Abubakar sudah meminta Dewan Komisaris PT Pertamina agar tidak melanjutkan akuisisi saham Medco dan menjual saham PT Patra Jasa. "Masalah ini telah kami diskusikan via telepon, Senin lalu (22/11). Menteri meminta agar akuisisi ditunda dulu," ujarnya.
Pertamina dan EIL sepakat melanjutkan proses jual-beli saham Encore International Limited (EIL) di Encore Energy Pte Ltd (EEPL) ke tingkat periode eksklusif yang akan berakhir 30 November 2010. Pertamina dan EIL sendiri telah menandatangani principles of agreement sebagai tahapan pembelian saham EEPL. EEPL kini memiliki 50,7 persen saham di Medco Energi, sehingga secara tidak langsung Pertamina menguasai 27,9 persen saham Medco.
Sementara itu, Ketua Komisi VI DPR H Airlangga Hartarto menilai, akuisisi Pertamina atas Medco tidak memiliki nilai strategis, karena yang diakuisisi hanya kepemilikan secara tidak langsung dengan jenis aset yang beragam. "Dengan jumlah akuisisi sebesar itu, maka tetap saja mayoritas saham dimiliki founders Medco," tuturnya.
Menurut Airlangga, nilai transaksi akuisisi itu sekitar Rp 6,5 triliun. Bahkan jauh lebih mahal daripada ketika Mitsubishi Chemical masuk menjadi pemegang saham Encore. "Ini karena aset yang dimiliki masih beragam dan ada yang di luar core aset Pertamina," ujarnya.
Selain itu, akuisisi untuk industri pertambangan minyak juga tidak punya manfaat strategis maupun nilai tambah, karena lifting minyak nasional tidak meningkat. "Masalahnya lifting Medco sudah masuk perhitungan lifting nasional," ucapnya.
Dana yang disiapkan Pertamina sebaiknya dimanfaatkan untuk pengembangan produksi di lapangan yang belum tereksplorasi. Bahkan bisa juga untuk pembangunan refinery yang dapat meningkatkan ketahanan energi nasional.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun menjelaskan, langkah BUMN migas itu mengakuisisi secara tidak langsung sebagian saham Medco merupakan bagian pencapaian rencana produksi migas 1 juta barrels of oil equivalent per day (BOEPD) pada 2015 mendatang.
"Kami punya target untuk memproduksi migas hingga 1 juta BOEPD di 2015. Untuk itu, Pertamina tidak bisa hanya mengandalkan sumber migas dari lapangan-lapangan yang sudah ada, tetapi juga dengan cara merger dan akuisisi," tutur Harun. (A Choir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar