Oleh Bunga Dewi Kusuma
Selasa, 06 Desember 2011 | 20:10 WIB
JAKARTA: Pelaku pasar mendorong pemerintah dan regulator untuk membentuk regulasi yang mewajibkan perusahaan dalam negeri untuk melakukan dual listing guna memperbesar kapitalisasi pasar modal Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia Airlangga Hartarto menilai saat ini banyak perusahaan dalam negeri, terutama yang bergerak di sektor sumber daya alam (resources) yang mencatatkan sahamnya di pasar modal luar negeri, seperti Australia dan Kanada.
Padahal, menurut dia sektor resources merupakan salah satu industri yang menyumbangkan kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal, mengingat sektor ini masih menjadi incaran para pemodal untuk berinvestasi.
“Saat ini ada beberapa perusahaan resources yang tercatat di luar, seperti Newmont dan Freeport. Kalau yang masih eksplorasi ada beberapa, terutama di Toronto Stock Exchange dan Australia Stock Exchange,” ujarnya usai CEO Forum di Jakarta hari ini.
Airlangga mengungkapkan pemerintah seharusnya dapat membentuk regulasi yang bersifat mandatory bagi perusahaan-perusahaan komoditas yang mencatatkan sahamnya di luar negeri untuk memajukan pasar modal Indonesia.
Menurut dia, tidak adil jika perusahaan yang berbasis di Indonesia dan memiliki aset di Indonesia, tetapi tidak mau tercatat di pasar modal Indonesia. Sehingga menurut dia, konsep dual listing perlu dipertegas.
“Kita wajibkan saja, ini kan negara kita. Jangan sampai kita kena dampak lingkungannya, biaya produksinya, tetapi capital gain-nya di luar negeri. Mereka itu kapitalisasi pasarnya bisa lebih dari miliaran dolar, wajib dual listing tidak ada salahnya,” paparnya.
Kepala Biro Penilai Keuangan Perusahaan Sektor Jasa Badan Pengawas Pasar Modal Gonthor R. Azis membenarkan bahwa saat ini memang belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan Indonesia yang tercatat di luar untuk melakukan dual listing di dalam negeri.
Menurut dia, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sejumlah perusahaan komoditas lebih memilih untuk mencatatkan sahamnya di bursa luar negeri. Salah satunya, dia mengatakan adalah adanya negara yang memang mengkhususkan diri di sektor komoditas.diri.
“Makanya didorong supaya ingin dengan mandatory, kalau tidak ya tidak ada keinginannya. Kadang-kadang kita memang bisa andalkan daya saing, tetapi kadang kita juga mesti setengah memaksa,” tuturnya.(api)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar