[BISNIS BALI] - Ketua Komisi VII DPR Airlangga Hartarto mengemukakan, kenaikan tarif listrik bagi pelanggan industri mesti dibarengi dengan peningkatan efisiensi PT PLN (Persero).
"Opsi kenaikan tarif listrik industri hanya salah satu cara," katanya di Jakarta, Rabu (23/7) kemarin. Menurut dia, PLN juga harus mengoptimalkan pembangkit yang ada dan segera menambah pembangkit baru.
Ia mengakui, sejumlah pembangkit sudah berusia tua, sehingga menurunkan kemampuan daya listrik yang dibangkitkan. Namun PLN seharusnya melakukan perbaikan secara sungguh-sungguh dan komprehensif agar pembangkit bekerja optimal. "Upaya tersebut juga perlu dilakukan pada pembangkit baru yang kemampuannya berada di bawah titik optimumnya," katanya.
Airlangga menambahkan, PLN dan instansi pemerintah terkait juga mesti menyampaikan permasalahan kelistrikan dalam rapat dengan Komisi VII DPR.
"Dalam rapat yang lalu disampaikan krisis listrik memerlukan solusi yang lebih komprehensif antara stakeholder, PLN dan pemerintah," katanya. PLN tengah mengkaji kenaikan tarif listrik bagi pelanggan industri golongan tiga (I3) ke atas dan bisnis golongan tiga (B3) ke atas yang berjumlah sekitar 8.000 pelanggan.
Kenaikan tarif industri tersebut sebagai upaya PLN mencegah pemadaman bergilir akibat ketimpangan antara kemampuan daya dan pertumbuhan permintaan yang tinggi.
Rencananya, PLN akan menaikkan harga jual listrik ke industri yang kini masih sekitar Rp 600 per kWh hingga ke harga keekonomian atau sesuai biaya produksi yang mencapai Rp 1.300 per kWh.
Formula kenaikan tarifnya akan mengikuti naik atau turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan batubara. PLN akan membahas kenaikan tarif tersebut secara bisnis dengan kalangan industri yang difasilitasi Kadin Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar